PRINGSEWU –
Mahasiswa STMIK Pringsewu menggelar seminar terkait Undang-Undang ITE
No 19/2016 di Auditorium Lt. II STMIK Pringsewu, Sabtu (4/3), Hadir
dalam acara tersebut Wakil Ketua I (E. Yunaeti A, M.T.I), Wakil Ketua
III (Nur Aminudin, M.T.I), Ka. LPPM (M. Muslihudin, M.T.I) serta
bapak/ibu Dosen STMIK Pringsewu
.Dalam sambutannya, sekaligus membuka acara seminar tersebut, Nur Aminudin, M.T.I mengingatkan kepada mahasiswa STMIK Pringsewu untuk selalu hati-hati dalam mengunggah informasi apapun dalam media sosial, sebab salah dalam berpendapat di medsos dapat berujung pada ancaman hukuman. Teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia memang sangat berdampak positif dan luas, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk merugikan pihak-pihak tertentu,” katanya.
.Dalam sambutannya, sekaligus membuka acara seminar tersebut, Nur Aminudin, M.T.I mengingatkan kepada mahasiswa STMIK Pringsewu untuk selalu hati-hati dalam mengunggah informasi apapun dalam media sosial, sebab salah dalam berpendapat di medsos dapat berujung pada ancaman hukuman. Teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia memang sangat berdampak positif dan luas, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk merugikan pihak-pihak tertentu,” katanya.
Menurutnya, kebebasan berpendapat memang menjadi bagian dari hak asasi
manusia, namun kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab.
Dikatakannya, sejak diberlakukannya UU ITE , kehadirannya menuai pro dan
kontra karena beberapa pasal berpotensi dapat menjerat pengguna
internet terutama media sosial dalam kaitanya terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kita perlu memahami UU ITE supaya kita bisa
memanfaatkannya sesuai dengan peran yang ada, kalau tidak nantinya,
bisa-bisa menabrak aturan dan bermasalah dengan hukum.
Mahasiswa STMIK Pringsewu untuk membingkai ilmu pengetahuan di era elektronik/digital dalam perspektif hukum, moral dan agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk hal-hal yang positif,
dipergunakan oleh orang-orang yang mampu bersyukur, artinya bagaimana
kita menggunakan seluruh potensi itu untuk kebaikan dan kemuliaan, salah
satu diantaranya adalah sebagai guide, bagaimana kita menempatkan media
sosial itu dalam kerangka moral, salah satunya adalah sebagai penunjang
pembangunan, ujarnya.
Sebaik apapun UU ITE dibuat, tak akan berpengaruh tanpa adanya
kesadaran hukum dari masyarakat, kita perlu bijak dalam menggunakan
media sosial, ucapnya.
Dilanjutkan serah terima cindera mata oleh Wakil Ketua I (E. Yunaeti A,
M.T.I) kepada Narasumber dalam seminar nasional (AKBP. I Ketut Seregig,
S.H., M.H)
Dalam seminar tersebut, AKBP. I Ketut Seregig, S.H., M.H mengatakan,
media sosial memberi kesempatan seluas-luasnya kepada jejaring sosial
atau pada siapapun untuk berpendapat. Misalnya Lewat kicauan di Twitter,
status di Facebook, ataupun video di Youtube, pengguna bebas menyatakan
dan menulis apa saja pada media yang mereka inginkan.
Tetapi jangan lupa, dengan ancaman hukum terhadap aktivitas di internet
tetap ada. Keberadaan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310 Ayat
(1) juga Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE), pada dasarnya menjadi rambu-rambu dalam interaksi
sosial melalui media internet.
UU ITE mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang
memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun
pemanfaatan informasinya. Pada UU ITE ini juga diatur berbagai ancaman
hukuman bagi kejahatan melalui media internet. Sementara dalam KUHP,
khususnya Pasal 310 Ayat (1), juga diatur masalah pencemaran nama baik.
Ucapnya.
sumber : https://stmikpringsewu.ac.id/mahasiswa-stmik-pringsewu-gelar-seminar-undang-undang-ite/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar